TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Rektor Universitas Mercu Buana (UMB) Prof. Dr. Andi Adriansyah, M.Eng menegaskan bahwa filosofi pendidikan almarhum H. Probosutedjo, pendiri UMB, menjadi fondasi utama dalam pengembangan institusi hingga saat ini.

Bagi Probosutedjo, pendidikan bukan sekadar proses akademik formal, melainkan sarana menempa manusia agar mampu berpikir mandiri, berintegritas, serta tangguh menghadapi tantangan zaman.

“Universitas Mercu Buana lahir bukan dari kemewahan fasilitas, tetapi dari kegelisahan pendirinya terhadap arah pendidikan bangsa yang terlalu menekankan hafalan. Bapak Probosutedjo mengingatkan bahwa pendidikan harus melahirkan pemikir, bukan sekadar peniru,” ujar Andi dalam Wisuda Diploma LIX, Sarjana LXIII, Magister L, Profesi I, dan Doktor X Tahun Akademik 2025/2026 di Tangerang, belum lama ini.

Prosesi wisuda yang digelar dalam tiga sesi—pagi, siang, dan malam—tersebut turut dimeriahkan penampilan grup band Nidji. Wisuda tahun ini mengusung tema Pendidikan Berdampak untuk Masa Depan Berintegritas, Inovatif, dan Harmoni.

Andi menjelaskan, Probosutedjo kerap mengibaratkan pendidikan seperti baja yang ditempa. Baja menjadi kuat bukan karena disimpan rapi, melainkan karena mengalami tekanan dan panas berulang.

Filosofi ini menegaskan bahwa pendidikan sejati harus mempersiapkan manusia menghadapi tantangan nyata, bukan hanya menuntaskan mata kuliah.

Menurutnya, pandangan tersebut sejalan dengan gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan sebagai proses memerdekakan manusia—membebaskan dari ketakutan berpikir berbeda, dari budaya ikut arus, dan dari rasa cepat puas.

“Jika pendidikan adalah penempaan, maka hasilnya harus manusia yang merdeka dan berdaya. Inilah fondasi yang kami pegang dalam mengelola Universitas Mercu Buana,” katanya.

Di tengah disrupsi digital yang ditandai oleh kecerdasan buatan, otomasi, dan ekonomi platform, filosofi itu dinilai semakin relevan. Dunia kerja kini menuntut lulusan yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu beradaptasi, belajar ulang, dan bertindak tepat dalam situasi yang serba tidak pasti.

Atas dasar itu, UMB menerjemahkan filosofi Probosutedjo ke dalam tiga nilai utama sebagai DNA institusi, yakni integritas, inovasi, dan harmoni. Integritas menjadi fondasi moral, inovasi sebagai keharusan di era perubahan cepat, serta harmoni sebagai pijakan membangun kemajuan melalui kolaborasi.

Dalam kesempatan tersebut, Rektor juga melaporkan sejumlah capaian institusi. Sepanjang 2024, UMB meraih predikat perguruan tinggi dengan jumlah hibah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terbanyak di lingkungan LLDIKTI Wilayah III, masing-masing 63 judul penelitian dan 34 judul pengabdian.

UMB juga kembali ditetapkan sebagai perguruan tinggi penyelenggara pendidikan akademik berstatus Klaster Mandiri. Dalam berbagai pemeringkatan, UMB menempati tiga besar PTS terbaik di Jakarta dan masuk 20 besar nasional versi EduRank 2025, World University Rankings 2025, Webometrics 2024, SCImago Institutions Rankings 2025, AD Scientific Index 2025, serta UniRank 2024. https://m.tribunnews.com/nasional/7771862/rektor-umb-pendidikan-harus-lahirkan-pemikir-bukan-peniru