FAKULTAS Desain dan Seni Kreatif Universitas Mercu Buana (FDSK UMB) menggelar pameran seni rupa “PerEMPUan: Jejak, Warna, dan Suara dari Nusantara” di Amuya Gallery, Jakarta, 15–19 November 2025.
Pameran dibuka oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UMB, Dr. Irmulansati Tomohardjo, M.Si., yang menekankan pentingnya ruang diskursif bagi refleksi posisi perempuan dalam medan seni rupa modern.
Dalam sambutannya, Irmulansati menyebut pameran ini sebagai arena untuk membaca ulang peran perempuan dalam dinamika kultural Indonesia.
“Perempuan bukan sekadar figur pasif dalam sejarah seni, melainkan pusat resonansi estetika dan pemikiran,” ujarnya.
Ketua Penyelenggara, Nina Maftukha, menyampaikan apresiasi kepada para perupa, akademisi, dan pemangku kepentingan seni yang terlibat. Ia menilai partisipasi aktif berbagai pihak menjadi kunci dalam menghidupkan wacana PerEMPUan sebagai ruang dialog visual yang relevan dengan perkembangan sosial budaya.
Pameran ini tidak hanya menampilkan karya visual, tetapi juga diisi dengan performance art, artist talk, lokakarya, dan sesi diskusi terbuka. Seluruh rangkaian acara dirancang untuk memperluas percakapan publik mengenai identitas, pengalaman, dan agensi perempuan dalam lanskap seni kontemporer Indonesia.
Kurator pameran, Ananta Hari Noorsasetya, mengangkat reinterpretasi atas diksi “Empu” yang selama ini identik dengan tokoh ahli dalam tradisi Nusantara.
Dalam konteks ekshibisi ini, “Empu” dimaknai ulang sebagai arketipe perempuan yang otonom, aktif, dan multivalent dalam produksi artistik. Konsep kuratorial tersebut disusun melalui tiga poros pemikiran yang menautkan memori kolektif dengan dinamika perempuan modern, sekaligus membuka ruang bagi kritik sosial yang berkelanjutan.
Sebanyak 17 perupa perempuan yang merupakan dosen FDSK UMB ambil bagian dalam pameran ini, termasuk Anggi Dwi Astuti, Nina Maftukha, Rika Hindraruminggar, Dwi Ramayanti, Nukke Sylvia, Nurlela, Waridah Muti’ah, Fatimah Yasmin Hasni, Ariani Kusumo Wardhani, Mira Zulia Suriastuti, Wilsa Pratiwi, Chandrarezky Permatasari, Vania Aqmarani, Dwi Susilastuti, Novena Ulita, serta komunitas alumni Horsasi. Pameran juga menghadirkan perupa tamu Irma Priscilla Hadisurya.
Para perupa mengolah pengalaman personal dan trauma kolektif melalui eksperimen visual yang beragam. Mereka menerjemahkan narasi-narasi tersebut ke dalam bahasa rupa kekinian yang menyoroti kekuatan interseksionalitas sebagai sumber kreativitas dan kritik sosial.
Penyelenggara berharap “PerEMPUan” dapat menjadi katalis bagi percakapan mengenai otonomi, agensi, dan kontribusi perempuan dalam seni rupa Indonesia. Pameran ini juga direncanakan menjadi agenda dua tahunan untuk menjaga kesinambungan diskursus.
Sebagai ruang perayaan lintas generasi, budaya, dan profesi, “PerEMPUan” menegaskan bahwa perempuan Indonesia bukan hanya objek penggambaran, melainkan subjek aktif dalam penciptaan budaya. Nilai spiritualitas, keahlian, dan kearifan yang melekat pada konsep empu dihadirkan kembali sebagai spirit yang tetap relevan di tengah dinamika masyarakat masa kini. https://mediaindonesia.com/humaniora/833441/menafsir-ulang-peran-perempuan-lewat-karya-17-dosen-perempuan-fdsk-umb
Berita Terbaru Lainnya
Selasa, 25 November 2025
Selasa, 25 November 2025
Sabtu, 22 November 2025
Sabtu, 22 November 2025
